[Opini Senja]
Potret Negeri ini
Oleh: Erfan Kurniawan
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Negeri ini sangatlah subur nan kaya raya, bahkan ketika benih apapun yang tidak sengaja dilempar kemanapun akan tetap tumbuh. Daratan dan lautan terhampar luas dari sabang sampai merauke. Namun satu titik peradaban Indonesia ditumpukan pada suatu kota yaitu Kota Jakarta. Berjuta manusia dari berbagai penjuru di Indonesia berbondong-bondong pergi ke Kota Jakarta, hanya untuk mendapatkan sesuap nasi dan mengadu nasib di sana.
Termasuk salah satu nenek ini yang berasal dari Desa Bantul, Yogyakarta, yang berkelana ke Kota Jakarta untuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya. Kutemui nenek ini sedang berjualan di alun-alun kota tua ketika kuberwisata hati mengelilingi indahnya kota jakarta pada malam hari. Nenek ini memiliki 5 orang anak, yang kelimanya menetap di desa asalnya. Aktivitas sehari-harinya tidak luput dari berjualan buah-buahan dan sedikit sayuran.
Rasa iba dan keingintahuanku tentang kehidupan nenek ini pun semakin menggebu, lantas kucoba bertanya lebih mendalam, "Nenek tinggal dimana?"
"Nenek tinggal di sini, Nak, di tempat ini," jawabnya dengan sangatlah ramah.
Aku pun merasa bingung mendengar jawaban nenek itu. Kucoba bertanya lagi dengan hati yang penuh penasaran,
"Loh, kok, nenek tinggal di sini? Memangnya nenek gak takut kehujanan dan diangkut oleh petugas kebersihan?"
"Iya, tinggal di sini, Nak. Kalau hujan, ya, nenek juga tetap di sini. Kalau ada petugas keamanan yang mencoba menertibkan, nenek tidak takut, Nak. Ada pemaksaan pun nenek tetap di sini meskipun harus buka baju dan seisinya."
Sungguh, dalam hati kecilku, aku masih ingin tahu lebih dalam lagi mengenai nenek ini. Kucoba membeli dagangannya, meski hanya tersisa jeruk yang terlihat sudah membusuk dan nanas yang menggugah selera.
Aku pun bertanya kembali, "Nek, tadi kan nenek bilang tinggal di sini, pakaian nenek di mana? Kok saya tidak lihat, ya?"
Nenek pun menjawab dengan suara khas Bantul, "Nenek tidak bawa pakaian, Nak. Kalau mau ganti, ya, nenek beli di pasar Tanah Abang. Mandi dan cuci sedikit pakaian pun di kamar mandi sana, di seberang jalan."
Kubertanya lagi, "Oh, iya, Nek, ini belanja di mana? Saya beli nanasnya, ya, Nek, tapi Nenek tolong kupasin dan potongin, ya, Nek."
Kemudian ia segera mengupas nanas dan memotongnya sambil menjawab, "Nenek belanja di Tangerang, Nak. Belanja ke sana Nenek naik bus dengan ongkos enam puluh ribu. Biasanya, sih, Nenek jual apel, cuma kebetulan apelnya lagi kosong."
Tak lama kemudian aku dipanggil oleh temanku untuk segera melanjutkan perjalanan mengelilingi kota Jakarta ini sambil membagikan sebungkus nasi ke orang yang berada di pinggir alun-alun Kota Jakarta. Lalu segera aku ambil sebungkus nanas yang sudah dipotong dan siap dimakan. Tentu sudah kubayar, ya. Hehe
Inilah potret negeri yang KATANYA subur nan kaya raya. Kota Jakarta yang menjadi pusat peradaban untuk Indonesia kini hanyalah sebuah keakuan belaka. Di antara gedung-gedung tinggi yang menjulang ke langit dan bangunan yang megah ternyata masih ada ribuan orang yang memperjuangkan nasibnya demi sesuap nasi seperti yang kutemui ini, di pinggir alun-alun Kota Tua Jakarta. Sungguh menyayat hati ketika membela-belakan diri berhijrah ke Jakarta demi mengais rupiah, namun dalam kesehariannya langit menjadi atap dan kardus menjadi alas. Bersua dengan keluarga setahun sekali pun tak rutin, dan dengan oleh-oleh yang terbilang tak banyak. Dahiku mengkerut, memikirkan, "apakah yang ia ketahui tentang kata 'sejahtera'?"
Lantas pikiranku melayang pada negara yang menampung Jakarta ini. Ya, Indonesia tercinta. Alangkah Indahnya apabila negeri ini dapat memperjuangkan Rumusan cita-citanya yang dituangkan dalam UUD 1945 yaitu Mensejahterakan kehidupan bangsa. Namun nyatanya, pemimpin-pemimpin negeri ini tak sempat memejamkan mata untuk berpikir sejenak dalam kesehariannya, agar dapat memperjuangkan Rakyat Indonesia Sejahtera.
Kota Tua, 27 Juni 2016
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
👥 Fipgreenteam Aksi
🐤@FIPGreenteam
🌐 www.fipgreenteam55.blogspot.com
🆔 line @wsq1046c
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 semangat:
Posting Komentar